Efek Domino Covid-19 Terhadap Perekonomian Nasional

Makramat.com. Dampak Covid-19 telah menimbulkan efek domino terhadap berbagai aspek kehidupan terutama kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan. Demikian disampaikan oleh Menko Bidang Perekonomian RI, Dr. Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT, sebagai pembicara kunci dalam acara webinar nasional Silaturahmi dan Diskusi Kebangsaan Alumni Universitas Padjadjaran.

Webinar tersebut bertema Sinergitas dan Kolaborasi Alumni Melalui Inovasi Menyongsong Kebangkitan Ekonomi dan Demokrasi Pasca Covid-19. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 27 Juni 2020 mulai pukul 19.00 sampai dengan 22.20 WIB. Acara tersebut dibuka oleh Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE, dan dipandu oleh moderator drg. Tina Talisa yang juga alumni Universitas Padjadjaran.

Sejumlah pembicara tampil dalam acara yang digagas Ikatan Keluarga Alumni Universitas Padjadjaran tersebut. Menteri Dalam Negeri RI Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D.,  Menteri BUMN Erick Thohir, B.A., MBA, Ketua Komisi II DPR Dr. H. Ahmad Doli Kurnia, S.Si. M.T., Direktur Operasi PT Bio Farma Dr. M. Rahman Roestan, S.Si., Apt., MBA., dan Direktur Human Capital PT BRI Herdy Rosadi Harman, S.H., LL.M., MBA.

Baca juga: Menteri BUMN: Dampak Covid-19 Sangat Besar

Pada kesempatan tersebut, Menko Perekonomian menyebutkan bahwa Pandemi Covid-19 khususnya memberikan tekanan pada perekonomian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Secara umum, Menko Perekonomian juga menegaskan bahwa dalam aspek kesehatan penyebaran Covid-19 yang mudah, cepat, dan luas menciptakan krisis kesehatan dengan belum ditemukannya vaksin, obat, serta keterbatasan alat dan tenaga medis.

Selanjutnya, aspek sosial berupa langkah untuk “meratakan kurva” penyebaran Covid-19 memiliki konsekuensi pada  berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja di berbagai sektor tak terkecuali sektor-sektor informal.

Sementara itu, terhadap aspek ekonomi mengakibatkan kinerja ekonomi menurun tajam yang ditandai dengan konsumsi terganggu, investasi terhambat, ekspor-impor terkontraksi, dan pertumbuhan ekonomi melambat atau menurun tajam.

Aspek yang tidak kalah terganggunya adalah sektor keuangan  di mana volatilitas sektor keuangan muncul seiring turunnya kepercayaan investor. Sektor keuangan juga terdampak karena penurunan kinerja sektor riil akibat kredit bermasalah, serta profitablitas dan solvabilitas perusahaan yang mengalami tekanan.

Sebagai upaya mengurangi dampak tersebut, Pemerintah telah menganggarkan untuk keempat aspek tersebut. Anggaran untuk kesehatan sebesar Rp 87, 65 triliun, anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 203,90 triliun, anggaran insentif usaha, sektor kementerian/lembaga, dan Pemda sebesar Rp 226,72 triliun, dan pembiayaan UMKM dan koperasi sebesar Rp 177,03 triliun.

Baca juga: Mendagri: Covid-19 Serangan Terbesar Dalam Sejarah

Menko Perekonomian dalam kesempatan itu juga menyebutkan sejumlah tantangan dalam sektor yang tertekan dan potensial selama pandemi Covid-19. Ia menyebutkan 3 sektor utama yang terdampak pandemi Covid-19, yaitu sektor pariwisata, konstruksi, dan perhubungan. Sementara itu, sektor yang berpotensi menjadi pemenang adalah tekstil dan produk tekstil, kimia, farmasi, dan alat kesehatan, serta makanan dan minuman.

Pada bagian lain, Menko Perekonomian juga menyinggung tentang implementasi kartu prakerja yang dianggap bermasalah oleh sebagian kalangan. Menko Airlangga menjelaskan bahwa sampai dengan tanggal 19 Mei 2020, sebanyak 10,4 juta orang telah melakukan pendaftaran kartu prakerja. Peserta yang telah dinyatakan lulus mendapatkan kartu prakerja sebanyak 680.918 orang dengan rincian batch 1 = 168.111 orang, batch 2 = 288.154 orang, dan batch 3 = 224.671 orang.

Berdasarkan sebaran demografi peserta kartu prakerja, Menko Perekonomian menjelaskan bahwa dari 680.918 (batch 1-3), sebaran peserta telah mencakup keseluruhan 34 provinsi, dengan 5 provinsi terbesar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten. Program kartu prakerja sudah dinikmati oleh penerima berdasarkan jenis kelamin di mana perempuan sebesar 39%, sedangkan kelompok laki-laki jauh lebih besar yaitu 61%.

Apabila dilihat sebaran penerima kartu prakerja berdasarkan usia, Menteri Perekonomian menjelaskan sebagai berikut: usia 18-24 tahun sebanyak 268.571, usia 25-34 tahun sebanyak 292.978, usia 35-44 tahun sebanyak 83.418, usia 45-54 tahun sebanyak 30.910, dan usia 55 tahun ke atas sebanyak 5.043.

Sementara itu, apabila dilihat dari tingkatan pendidikan, Menko Perekonomian menyampaikan data bahwa para peserta dengan latar belakang SD dan SMP sebanyak 53.371 orang. Selanjutnya, SMA/SMK sebanyak 403.190, D1.D2.D3 sebanyak 51.548, S1 sebanyak 169.275, serta S2 dan S3 sebanyak 3.535 orang. Demikian, Menko Perekonomian mengakhiri sambutannya dalam acara tersebut. (HA).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below