Menyoal Keberadaan Partai Politik di Indonesia

Oleh: Hernadi Affandi

Keberadaan partai politik (parpol) di Indonesia masih mengundang tanda tanya sebagian kalangan terutama masyarakat awam. Pertanyaan yang muncul biasanya seputar manfaat dari keberadaan parpol terhadap kehidupan mereka secara langsung.

Pertanyaan rakyat awam seperti itu sangat wajar muncul ke permukaan karena secara empiris keberadaan parpol belum dirasakan secara nyata. Parpol lebih banyak menjalankan fungsi dan tujuannya terhadap kepentingan internal sendiri, sedangkan kepentingan rakyat luas masih belum diprioritaskan.

Parpol belum benar-benar dirasakan sebagai sarana pendidikan politik untuk rakyat secara luas bahkan nyata. Rakyat masih belum merasakan kehadiran secara nyata dari parpol untuk meningkatkan kesadaran politik. Alih-alih memberikan pendidikan politik kepada rakyat, parpol sendiri justru yang harus belajar politik dengan benar karena masih adanya oknum anggota parpol yang belum mengerti cara berpolitik.

Selain itu, parpol juga belum dirasakan hadir dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi rakyat dalam arti yang sesungguhnya. Parpol yang mendudukkan wakilnya di lembaga perwakilan rakyat baik di tingkat nasional maupun lokal belum seutuhnya mewakili dan memenuhi aspirasi rakyat. Banyak kepentingan rakyat yang semestinya dibela dan diperjuangkan oleh parpol di lembaga perwakilan rakyat, tetapi justru terabaikan karena lebih mengutamakan kepentingan lainnya.

Akibat tindakan yang jauh dari harapan rakyat sendiri tidak mengherankan ketika timbul kesan bahwa rakyat sebenarnya tidak membutuhkan parpol. Ada atau tidak ada parpol sejatinya belum dapat dibedakan oleh rakyat secara nyata. Oleh karena itu, muncul kesan bahwa parpol itu “antara ada dan tiada” di mata rakyat tidak ada bedanya. Penilaian seperti itu tentu tidak mudah diterima oleh parpol apalagi bagi parpol sudah “merasa” berbuat banyak untuk kepentingan rakyat.

Dalam hal ini, sebenarnya yang perlu itu adalah parpol karena sangat membutuhkan rakyat, sedangkan rakyat tidak sepenuhnya perlu parpol. Parpol perlu dukungan rakyat untuk memuluskan dalam mendudukkan para kadernya di lembaga perwakilan rakyat dalam pemilihan umum (pemilu). Tanpa ada dukungan rakyat dalam pemilu tidak mungkin para kadernya akan duduk sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat baik di pusat maupun daerah.

Namun, akibat ketiadaan hubungan emosional yang kuat antara rakyat dengan parpol seakan membuat parpol menjadi eksklusif bahkan seperti menara gading bagi rakyat. Keberadaan parpol seakan tidak pernah ada dalam kehidupan nyata rakyat karena jarang bahkan hampir tidak pernah hadir ketika dibutuhkan oleh rakyat. Kalaupun ada sumbangsih parpol bagi rakyat biasanya ada hitung-hitungan politik termasuk untung rugi bagi parpol demi kemenangannya dalam pemilu.

Kehadiran parpol lebih banyak dirasakan ketika menjelang dan pada saat pemilu karena membutuhkan dukungan rakyat. Namun, setelah itu keberadaan parpol menjauh kembali dari kehidupan nyata rakyat. Para kader yang biasanya berinteraksi dengan berbagai caranya sangat mudah ditemui oleh rakyat ketika akan pemilu. Namun, setelah pemilu biasanya para kader yang ramah dan mudah ditemui itu seakan raib ditelan bumi, bahkan hanya sekedar untuk mengucapkan terima kasih karena sudah dipilih oleh rakyat.

Kehadiran parpol yang belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya oleh rakyat semestinya melakukan instrospeksi. Pertanyaan mendasar apa manfaat keberadaan parpol bagi rakyat harus dijawab secara nyata dan bukan hanya basa-basi politik. Kehadiran parpol tidak cukup hanya ketika menjelang dan pada saat pemilu, tetapi harus selalu ada ketika rakyat membutuhkan. Bahkan, parpol harus menjadi tumpuan bagi kemajuan rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Parpol juga harus menelisik sumbangsih nyata yang sudah diberikan kepada rakyat bukan hanya sekedar membagi-bagi sembako ketika menjelang pemilu. Bahkan, jangan menganggap sudah cukup memberi kepada rakyat dengan sogokan kecil berupa politik uang dalam pemilu. Alih-alih memberikan kebahagiaan kepada rakyat, justru tindakan semacam itu melecehkan dan mencederai rasa keadilan rakyat. Alasannya, rakyat hanya dijadikan sebagai faktor penentu yang dapat ditukar dan dibeli dengan barang atau uang recehan.

Dalam menghadapi sikap apatis rakyat terhadap parpol yang sudah mulai muncul akhir-akhir ini, parpol melalui para pengurus dan kadernya perlu segera melakukan introspeksi atas kehadirannya dalam kehidupan rakyat. Berbagai kekurangan yang dimiliki parpol harus segera dibenahi apabila keberadaannya masih diinginkan dan dirindukan oleh rakyat. Kesalahan selama ini yang seakan-akan parpol sudah banyak memberi manfaat kepada rakyat jangan lagi dipertahankan karena akan menjadi bumerang yang dapat membunuh parpol itu sendiri.

Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below