Optimisme Di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Dunia

Makramat.com. Pemerintah masih merasa optimis perekonomian Indonesia sedang menuju ke arah perbaikan setelah memasuki era new normal atau adaptasi baru. Hal itu di sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, dalam acara “Webinar Nasional Strategi Pemulihan Ekonomi Dalam Era Tatanan Baru Pasca Pandemi COVID-19: Perspektif Ekonomi dan Sosial”. Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Universitas Padjadjaran, IKA Universitas Padjadjaran, dan Universitas Hasanuddin, Jumat 26 Juni 2020.

Pada kesempatan itu, Menko Perekonomian memberikan gambaran bahwa sejak Maret 2020 perekonomian global terganggu akibat COVID-19. Hal itu tercermin dari indeks ketidakpastian dunia yang meningkat, kapitalisasi saham jatuh, resiko investasi (CDS) meningkat, dan volatilitas pasar menyentuh titik tertinggi. Secara khusus, menurut Menko Perekonomian bahwa hal itu juga berpengaruh terhadap Amerika Serikat di mana yield treasury-nya menurun seiring dengan kenaikan harga emas dan menurunnya harga komoditas.

Baca juga: Menteri BUMN: Dampak Covid-19 Sangat Besar

Namun demikian  keadaan tersebut sudah mengalami perbaikan seiring dengan adanya relaksasi kebijakan pembatasan sosial di sejumlah negara. Meskipun hal itu belum seutuhnya pulih, Menko Perekonomian merasa yakin bahwa Indonesia ke depan akan jauh lebih baik lagi. Lebih jauh, Menko Airlangga menambahkan bahwa indikator dini pertengahan Juni 2020 memberikan harapan seiring diberlakukannya new normal dalam aktivitas ekonomi. Keadaan ini dialami Indonesia karena masih ada beberapa sektor tertentu yang kinerjanya tidak terpengaruh oleh pandemi COVID-19 malah mengalami peningkatan.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Dwia A.T. Pulubuhu, Rektor Universitas Hasanuddin Makassar menyampaikan materi tentang “Strategi Pemulihan Sosial di Era New Normal Suatu Perspektif Sosial”. Ia menyampaikan pandangannya bahwa COVID-19 sangat berpengaruh terhadap kemiskinan global. Menurutnya, angka kemiskinan dunia akibat COVID-19 diprediksi naik dari 8,2% pada 2019 menjadi 8,6% pada 2020. Artinya, angka kemiskinan meningkat dari 632 juta pada 2019, menjadi 665 juta pada 2020 dengan kenaikan sebanyak 33 juta orang.

Lebih  lanjut menurut Rektor Perempuan Pertama Universitas Hasanuddin ini bahwa COVID-19 telah menimbulkan perangkap krisis multidimesial. Perangkap tersebut disebabkan dalam menangani COVID-19 dilakukan PSBB yang berakibat pada krisis ekonomi, krisis sosial, dan krisis politik. Hal itu menimbulkan kenaikan angka pengangguran, kriminalitas, resistensi, bahkan konflik. Oleh karena itu, keadan tersebut harus dihadapi bersama oleh pemerintah dan masyarakat dengan cara pandang yang sama.

Pada bagian terakhir, tampil sebagai pembicara adalah Prof. Rina Indiastuti, yang juga merupakan  Rektor pertama perempuan Universitas Padjadjaran. Ia menyampaikan paparannya berjudul “Strategi Pemulihan Ekonomi Memperhatikan Risiko Pandemi COVID-19”. Di dalam paparannya, ia menjelaskan adanya tiga ketidakpastian, yaitu: pertama, Pandemi COVID-19 belum diketahui kapan berakhir. Kedua, pencabutan PSBB, kasus positif COVID-19 masih bertambah. Ketiga, preferensi sehat lebih penting dibandingkan berkegiatan.

Namun demikian, Rina menyampaikan optimismenya bahwa prospek ekonomi akan berubah menjadi lebih baik. Ia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 bisa positif jika paket stimulus dan bantuan dari pemerintah selesia direalisasikan pada bulan Juli 2020. Optimisme Rina juga dikuatkan dengan data penurunan COVID-19 yang disampaikan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per-24 Juni 2020 yang menunjukkan bahwa sekitar 60% daerah telah memiliki resiko rendah dan masuk zona hijau dalam penularan COVID-19. (HA).

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below