Menyoal Kegaduhan Partai Politik

Oleh: Hernadi Affandi

Kegaduhan yang terjadi di dalam tubuh Partai Demokrat (PD) belum juga berakhir sampai saat ini. Bahkan, keadaan itu semakin melebar dan meluas ke mana-mana. Persoalan yang terjadi bukan hanya menyangkut kepengurusan partai tersebut, tetapi juga masuk ke ranah yang lain. Terungkap ada pihak-pihak yang ingin membawa masalah lain ke pusaran kegaduhan tersebut antara lain terkait dengan penegakan hukum. Persoalan tersebut tampaknya akan terus bergulir tanpa dapat diketahui ujungnya seperti apa.

Kejadian di tubuh PD saat ini seakan membuka mata publik terkait dengan kondisi partai politik (parpol) di Indonesia yang sebenarnya. Keadaan tersebut kembali mengingatkan bahwa sistem kepartaian di Indonesia belum sepenuhnya terbangun di atas fondasi yang kuat. Dasar-dasar pembentukan partai belum seutuhnya sesuai dengan tujuan ideal pendirian partai, tetapi masih diselimuti kepentingan pribadi atau kelompok. Begitu kepentingan pribadi atau kelompoknya tidak terakomodasi, maka kepentingan rakyat yang menjadi idealisme partai menjadi taruhannya.

Masyarakat dapat berkaca dari kasus kegaduhan yang terjadi di PD saat ini yang justru terjadi tanpa “tedeng aling-aling” lagi. Kegaduhan tersebut seakan mempertontonkan kepada masyarakat bahwa keharmonisan dan soliditas PD di masa lalu hanya semu belaka. Ternyata di dalamnya terdapat api dalam sekam yang sewaktu-waktu dapat membakar partai tersebut dari dalam. Orang-orang yang dulu mengenakan identitas partai dengan bangga dan membela marwah partai dengan segala kemampuannya kemudian berubah menjadi pembuka “borok” partai.

Keadaan itu dapat saja menimpa parpol lainnya di masa yang akan datang. Bahkan, kejadian semacam itu sudah juga menimpa parpol lainnya di masa lalu meskipun dengan situasi dan kondisi berbeda. Kekisruhan parpol biasanya bermula dari kekecewaan pihak tertentu yang kemudian membesar menjadi persoalan parpol. Akibatnya, kebanggaan sebagai bagian dari parpol tersebut hilang dan berubah menjadi kebencian yang mendorong untuk menghancurkan partainya itu dengan berbagai cara. Cara seperti itu ada yang berhasil dan ada pula yang tidak berhasil.

Beberapa contoh di masa lalu sering terjadi di mana bagian dari partai tertentu yang tidak puas atas kepemimpinan partainya ada yang membentuk pengurus tandingan atau membentuk partai baru. Cara itu seakan sudah menjadi modus baru dalam sistem kepartaian di Indonesia. Keadaan itu pula yang kemudian memunculkan stigma bahwa persoalan idealisme para politisi hanya seputar rebutan kepengurusan partai. Pihak-pihak tertentu yang tidak diakomodasi dalam kepengurusan partai biasanya menjadi pihak yang gencar untuk membentuk pengurus tandingan atau inisiator pendirian partai baru.

Keadaan di dalam tubuh PD saat ini tentu harus menjadi pelajaran bagi semua parpol di Indonesia, terutama para pengurus dan anggotanya. Setiap parpol mungkin saja memiliki persoalan internal masing-masing yang hanya diketahui oleh pengurus dan anggotanya. Keadaan itu semestinya hanya menjadi pesoalan internal yang tidak dibuka untuk konsumsi publik. Ibarat pepatah “right or wrong is my country”, semestinya para pengurus dan anggota partai tersebut memegang semboyan tersebut “right or wrong is my party”. Apapun yang terjadi di dalam partai hanya orang partai itu yang tahu, orang lain tidak perlu tahu apalagi sengaja diberitahu.

Seperti halnya dalam suatu keluarga yang dikenal harmonis bahkan menjadi panutan masyarakat kemudian timbul persoalan internal. Persoalan tersebut semestinya hanya diketahui dan diselesaikan sendiri oleh keluarga tersebut. Pihak lain, apalagi masyarakat luas, tidak perlu mengetahui persoalan tersebut. Alih-alih pihak lain akan membantu menyelesaikan masalah justru malah dapat memperbesar masalah. Bahkan, keadaan itu secara tidak langsung juga akan mempermalukan keluarga itu di mata publik tentang “keharmonisan semu” dari keluarga tersebut.

Keadaan itu pula tampaknya yang terjadi di tubuh PD saat ini di mana dalam beberapa waktu lalu dianggap sebagai parpol alternatif pilihan rakyat. Bahkan, partai tersebut sempat menjadi partai penguasa karena presidennya berasal dari partai tersebut. Namun demikian, soliditas dan keharmonisan tersebut ternyata semu karena kemudian justru rakyat dipertontonkan kejadian-kejadian yang semestinya hanya menjadi “rahasia” di antara pengurus dan anggota saja. Pihak-pihak tertentu yang saat ini sedang gencar membuka “aib” partainya, seperti anggota sebuah keluarga yang juga membuka “aib” keluarga tersebut sekaligus aibnya sendiri.

Semua pihak pasti berharap bahwa parpol di Indonesia, termasuk PD, kembali kepada hakikat dan tujuan dibentuknya parpol. Keberadaan parpol bukan hanya untuk kepentingan parpol itu sendiri, baik pengurus atau anggotanya. Keberadaan parpol semestinya menjadi tumpuan harapan rakyat untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Parpol jangan justru dikerdilkan hanya untuk kepentingan segelintir orang atau pihak tertentu dengan mengorbankan kepentingan yang jauh lebih besar dan fundamental. Parpol yang hanya berkutat dengan kepentingan pribadi atau kelompoknya dapat saja ditinggalkan oleh rakyat sebagai konstituen.

Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below