Menyoal Pelaksanaan Tujuan Negara (Bagian Kedua)

Oleh: Hernadi Affandi

Keberadaan negara Indonesia yang merdeka sebagai hasil perjuangan para pendahulu harus terus dijaga agar sesuai dengan cita-cita dan harapannya. Tujuan para pejuang dan pendahulu negara ini untuk membentuk negara yang merdeka adalah untuk melepaskan diri dari penjajahan negara lain yang sudah menimbulkan penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan bagi rakyat negeri ini. Akibat berbagai dampak negatif penjajahan tersebut para pendahulu mencita-citakan mendirikan negara yang merdeka.

Cita-cita dan tujuan para pejuang dan pendahulu tersebut sudah terwujud seiring dengan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, negara ini dikelola dan dijalankan sendiri oleh anak-anak negeri ini sebagai sebuah negara yang merdeka dari tangan penjajah. Perjalanan sebagai negara merdeka yang sudah terlepas dari penjajahan asing juga sudah cukup panjang sampai saat ini. Anugrah sebagai sebuah negara merdeka sudah dirasakan oleh bangsa dan negara ini selama lebih dari 75 tahun.

Namun demikian, keberhasilan menjadi negara yang merdeka dari penjajahan bangsa asing ternyata belum seutuhnya mampu melepaskan diri dari berbagai persoalan seperti ketika masih dalam penjajahan. Perjalanan negara ini sebagai sebuah negara merdeka juga masih menghadapi berbagai tantangan dan persoalan tersendiri. Perbedaannya, tantangan dan persoalan yang muncul tersebut saat ini bukan lagi disebabkan oleh tangan penjajah, tetapi justru dilakukan oleh bangsa sendiri.

Akibat penjajahan di masa lalu bangsa ini pernah mengalami penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Semua itu dapat “dimaklumi” karena penyelenggara negara dan pemerintahan pada waktu adalah adalah bangsa asing yang nota bene sebagai penjajah. Hampir tidak ada negara penjajah yang benar-benar akan memajukan negara yang dijajahnya apalagi menjadikan sebagai sebuah negara yang adil dan makmur. Bangsa penjajah di mana pun hanya menjadi penghisap kekayaan negara yang dikuasai atau dijajahnya.

Keadaan tersebut semestinya berbeda setelah Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka dan diurus atau dikelola oleh bangsa sendiri. Jika akibat penjajahan bangsa ini mengalami penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan, pertanyaannya adalah apakah setelah negara ini merdeka semua itu sudah hilang dari negara ini? Dengan kata lain, apakah bangsa ini sudah tidak lagi mengalami penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan atau hal itu juga masih terjadi saat ini?

Pertanyaan tersebut harus menjadi bahan introspeksi dan evaluasi bagi semua pihak terutama yang memegang amanat sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan. Jangan sampai penyelenggara negara dan pemerintahan saat ini yang nota bene adalah bangsa sendiri justru masih “memelihara” dan “mempertahankan” penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan bagi rakyatnya sendiri. Jika hal itu dilakukan oleh penjajah dapat saja dianggap “wajar”, tetapi jika dilakukan oleh bangsa sendiri tentu tidak wajar bahkan kurang ajar.

Introspeksi dan evaluasi tersebut sangat penting dilakukan agar jangan sampai cita-cita para pejuang dan pendahulu negara ini mendirikan sebuah negara yang merdeka kemudian justru tidak ada artinya karena para penyelenggara negara dan pemerintahan salah urus negara ini. Upaya untuk mewujudkan negara yang terlepas dari penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan adalah tugas dan tanggung jawab dari para penyelenggara negara dan pemerintahan.

Kegagalan dalam mewujudkan cita-cita tersebut saat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab sendiri bangsa ini terutama para penyelenggara negara pemerintahan. Jangan sampai penyelenggaraan negara dan pemerintahan tidak ada bedanya ketika negara ini masih dalam masa penjajahan dahulu. Artinya, persoalan penderitaan, kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan masih tetap ada bahkan “dipelihara” karena kebijakan dari para penyelenggara negara dan pemerintahan belum sepenuhnya memberantas semua itu. (Bersambung).

Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below